Boleh kah aku masuk? Sekedar tidur di terasmu? Di luar dingin sekali dan aku pun lapar.
Ugly, seekor kucing kampung yang biasa hidup di jalanan. Ya asal-usulnya memang tidak begitu jelas.
Mungkin dia hasil perkawinan dari sesama kucing liar yang tersebar di penjuru sudut kota. Atau mungkin moyangnya adalah kucing berjenis mahal yang banyak diburu oleh para pecinta hewan satu ini, ah entahlah.
Sedari membuka mata, belajar merangkak, hingga bisa berjalan, dihabiskannya waktu di jalanan dan tong sampah kota. Ya, Ugly memang baru seumur jagung, dia masih bayi dan begitu rapuh. Namun, Ibunya telah mengajarkannya bagaimana cara berjuang hidup di dunia yang kejam ini seorang diri. Karena sang Ibu sudah tahu nasib apa yang akan menimpa para hewan malang yang berkeliaran di jalanan. Tak lama Ibu Ugly sendiri juga meregang nyawa di salah satu sudut jalan kota.
Berbekal ilmu bertahan hidup sederhana yang didapat dari ibunya, Ugly pun mulai berkelana ke berbagai sudut kota. Tong sampah merupakan tempat makan kesukaannya. Di sana dia bisa mendapatkan sarapan hingga makan malam secara cuma-cuma. Walaupun tidak terlalu bergizi, tapi cukuplah untuk mengganjal perut mungilnya.
Saat ia butuh air untuk menyejukkan kerongkongannya, ia juga hanya harus berlari ke genangan air terdekat. Untuk masalah tidur, dia bisa berbaring dimana saja. Namun, di teras rumah manusia atau selasar pertokoan lah tempat favoritnya. Di sana dia bisa berteduh dan tetap kering jika hari hujan.
Seperti biasa, saat itu Ugly sedang ceria dan ingin berbagi cinta dengan manusia yang ditemuinya. Dia bertemu dengan beberapa anak perumahan yang sedang bermain. Ugly ingin ikut serta bersama mereka, merasakan canda tawa dan turut menghirup udara yang dipenuhi cinta di sana.
Namun, kedatangan Ugly tak mendapat sambutan hangat. Beberapa dari mereka melemparinya batu secara membabi buta. Bahkan ada dari mereka yang terus menerus mengguyurnya dengan air, membuat Ugly kecil tak bisa bernafas. Dalam sekejap mata, kucing malang ini meregang nyawa di jalanan perumahan.
Dengan pandangan yang sudah mulai mengabur dan sisa satu dua nafasnya, Ugly melihat ada manusia dewasa yang membubarkan kerumunan dan merengkuhnya ke dalam pelukan. Ugly kecil meringkuk dalam gendongan manusia baik hati itu. Ia tahu, yang menggendongnya saat ini adalah spesies sama dengan yang menyiksanya. Namun, Ugly memang sama sekali tak mendendam. Ia justru melemparkan pandangan memuja dengan satu mata yang masih tersisa di wajahnya sebagai ucapan terimakasih.
Manusia itu berniat membawanya ke dalam rumah untuk memberikan pertolongan. Namun, Ugly kecil sudah tak mampu lagi menahan rasa berat di pelupuk matanya, paru-parunya juga tak lagi kuat menghela udara. Sebelum manusia itu masuk ke dalam rumahnya, Ugly menghembuskan nafas terakhirnya.